Akhir bulan Agustus 2012, aku memulai aktivitasku di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kampus yang insya Allah memang islami dan mendatangkan banyak ilmu yang bermanfaat, entah ilmu duniawi maupun ilmu akhirat.
Aku, seorang remaja biasa-biasa saja -tapi memiliki ekspetasi luar biasa untuk menjadi seorang muslimah tangguh- memulai kegiatan perkuliahannya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi tepatnya di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, salah satu fakultas tertua di kampus ini dan untuk jurusan KPI -Komunikasi dan Penyiaran Islam- sendiri terdengar agak keren dan aku yakin orang yang belum tahu, ketika mendengar namanya akan berkomentar "wah dakwah ya, pasti islami banget deh" namun pada kenyataannya -yang cukup membuat hatiku cekat-cekit- tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Penasaran kenapa?? Coba tanyakan pada rumput yang bergoyang hehe.
Aku datang bukan dari latar belakang Madrasah Aliyah atau bahkan Pondok Pesantren, tapi aku punya tekad yang besar untuk menjadi yang berbeda. Berbeda tak selamanya salah kan?? Biarlah teman-teman berlomba-lomba untuk menjadi hijabers sejati dengan pakaiannya yang juga tak kalah fashionable. Tapi aku ya aku, menjadi diri aku yang ingin menyempurnakan penampilan. Karena untuk menjadi diri aku yang sekarang adalah sebuah angan sejak aku masih duduk di bangku SMA. Jilbab yang membujur panjang, manset yang selalu tak kulupa, pakaian gamis atau setelan baju & rok yang senantiasa menutupi lekuk tubuhku, dan tentunya sepasang kaus kaki yang juga tak ketinggalan, merupakan cirikhas seorang Aini saat ini. Meski aku -dan para jilbaber lainnya- tergolong kaum minoritas yang masih sering dianggap fanatik, asing, kaku, bahkan teroris ataupun ekstrim #astaghfirullah T.T, namun aku berusaha tegak di atas pendirian ini, aku ingin seperti karang yang tak pernah goyah diterpa ombak besar. Terserah orang lain mau menilai diriku seperti apa, yang jelas Allahlah yang menjadi alasan kenapa aku seperti ini, Dia-lah yang Maha Tahu dari semua yang terjadi di muka bumi ini. Biarlah aku dipandang asing, tapi di mata Allah tidak demikian. Bukankah Rasulullah bersabda : Kedatangan Islam dianggap asing dan akan datang kembali asing maka berbahagialah orang asing itu. Para Sahabat bertanya "Yaa Rasulullah, apa yang dimaksud orang asing itu?" Rasulullah menjawab "Orang yang melakukan kebaikan di saat orang-orang melakukan kerusakan." (HR. Muslim)
Nah sudah amat jelas kan keterangan di atas :)
Sebenarnya fanatik atau tidaknya seseorang itu bergantung pada orang lain yang menilainya. Bagi sebagian orang, berpenampilan seperti itu adalah hal yang wajar-wajar saja, mereka akan beranggapan bahwa yang demikian itu diwujudkan sebagai upaya antisipatif dari hal-hal yang tidak diinginkan, atau bahasa mudahnya untuk penjagaan diri dan bukankah hal tersebut merupakan yang diperintahkan oleh Allah swt?? Seperti pada ayat Al Ahzab : 59, Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Selain itu ada pula ayat An Nur : 31, yang artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…”
Namun ada juga orang yang berangggapan bahwa kaum seperti kami ini terdiri dari orang-orang yang fanatik. Kata mereka : bukannya panas ya? ribet kan? bla bla blaa. Jujur saja aku sendiri kurang sreg kalau dibilang fanatik. Karena fanatik lebih condong ke makna yang negatif.
Allah berfirman dalam kalam-Nya pada surat Al Baqarah : 208 : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu." Jadi bisa kita ketahui bahwa dalam beragama kita tidak boleh ala kadarnya, melainkan total menuju usaha yang sempurna.
Mungkin bisa dilanjutkan di lain kesempatan, sekian dulu :) wallahu a'lam bishshowab ^^
-Nura Ayne-
super sekali,.
BalasHapussemoga istiqamah yaa,..
@risalah
BalasHapusini siapa ya? :)
syukrannn ^_^
BalasHapussubhanallah, insyaAllah menjadi pemimpinnya para bidadari :D
BalasHapusaamiin,, syukran akh ^^
BalasHapus